Monday, June 23, 2014

Budidaya Jamur Tiram, Usaha Sampingan nan Menjanjikan

Bagi Nelly, meskipun pengembangan jamur tiram putih yang dilakukannya bukanlah sebagai sumber pemasukan utama, tetapi, prospek cerah dari tanaman tersebut membuatnya tetap semangat dan optimis untuk terus menggelutinya.

Pengembangan jamur tiram putih sebenarnya bukanlah hal yang baru. Banyak yang sudah mengembangkan komoditas tersebut meskipun masih dijadikan usaha sampingan. Namun, bagi Nelly Sri Rezeki usaha budidaya jamur tiram mampu menambah pundi-pundi penghasilannya.

Di Komplek BTN, Kelurahan Besar, Kecamatan Medan Labuhan, Nelly mengambangkan budidaya jamur tiram sebanyak 1.500 baglog. Baglog ada;ah wadah atau tempat tumbuh kembangnya jamur tiram.



Dari satu baglog, untuk ukuran yang besar mampu menghasilkan sedikitnya 2,5 ons jamur, sedangkan untuk ukuran baglog yang kecil, perharinya dapat memproduksi sebanyak 1,5 ons.

Dengan kondisi tersebut, apabila dikalkulasikan, dari setiap 500 baglog yang dimiliki Nelly, selama kurun waktu satu bulan, paling tidak ia dapat menghasilkan sekitar 37.500 ons atau 3.750 kg jamur tiram putih.

"Dari 500 baglog, mampu berproduksi hingga 4 bulan lamanya. Sehingga dengan 1.500 baglog, cukup untuk setahun," terangnya.

Dari jumlah tersebut, jika dinominalkan, berarti perbulannya, paling tidak omzet yang diperoleh Nelly rata-rata berkisar Rp 93.750.000. dengan asumsi harga jual jamur Rp 5.000 untuk 2 ons nya yang telah dikemas. "Tetapi kalau yang belum dikemas (curah), saya menjualnya Rp 20.000 per kg nya," sebut Nelly.

Angka itu menurut Nelly masih tergolong sedikit. Mengingat, sebagai orang satu-satunya yang membudidayakan jamur tiram putih di kawasan Medan Labuhan, permintaan yang datang cukup besar, bahkan ada yang dari Aceh. Cara Budidaya

"Memang saya masih mampu untuk memenuhi tingginya permintaan tersebut tetapi terkadang saya juga merasa kewalahan untuk memenuhi permintaan itum" ujarnya.
Meskipun cukup menggiurkan sebagai usaha sampingan, wanita yang juga merupakan Ketua Kelompok Tani Bahagia, Medan Labuhan ini menyebutkan, mengembangkan jamur tiram tergolong sulit.

Pasalnya, jamur merupakan tanaman yang sangat sensitif, sehingga sangat rentan apabila tidak ditangani dengan cara yang benar dan telaten, terutama soal suhu udaranya.

"Bisa dibilang, untuk mengembangkan jamur ini bisa di ibaratkan seperti merawat seorang bayi. Ia butuh perlakuan yang ekstra, dan yang terpenting tidak boleh dikelola dengan banyak tangan, karena jamur dapat berulat dan bersemut," jelasnya.
Hal itu, berdasarkan pengalamannya jatuh-bangun dalam mengembangkan jamur tiram itu. Bahkan ia mengaku sempat mengalami kerugian, akibat jamur yang dikembangkannya mengalami kegagalan.

"Awalnya, pada tahun 2008, saya bersama seorang teman mencoba membudidayakan jamur tiram putih ini sendiri. Di situ, kami memproduksi baglog sendiri, bahkan menjualnya. Namun, di tengah jalan usaha bersama itu hancur, sehingga pada akhir tahun 2013 saya memutuskan untuk meneruskan sendiri, tetapi tidak lagi memproduksi baglog, melainkan hanya sebagai pembesaran," terangnya.

Dengan semangat baru dan rekan kerja baru yang dibentuknya, Nelly kini optimis usaha sampingannya tersebut memberikan harapan baru. Meskipun, sebagai pemasukan utamanya, Nelly masih menggantungkan harapan pada home industri pembuatan telur asin yang juga dilakukannya.

"Kalau jamur ini, saya juga bekerja sama dengan rekan-rekan Kelompok Tani Bahagia yang saya pimpin. Tetapi untuk produksinya, memang saya sendiri yang mengatur, sedangkan teman-teman lebih kepada bagaimana pemasaran dan distribusinya saja," ujarnya.

Soal baglog, Nelly mengatakan, wadah tumbuh dan berkembangnya jamur itu terbuat atas campuran serbuk kayu, sekam padi, dolomit, bekatul, serta F2. Dalam pembuatannya, setelah semuanya dicampur, kemudian dibungkus dengan plastik lalu dikukus selama kurang lebih 48 jam dan dibiarkan sampai dingin.

Tak hanya di situ, baglog selanjutnya diberi miselium dan ditutup lagi selama kurang lebih 2 minggu. Sehingga, setelah baglog jadi, ia dapat terus menghasilkan jamur secara terus menerus hingga 4 bulan lamanya. Satu baglog, kata dia, beratnya mencapai sekitar 1,5 kg.

Nelly juga mengatakan, hal penting yang harus diperhatikan adalah saat memanen jamur ketika jamur sudah membesar. "Kalau panen harus dicabut sampai keakarnya, jangan coba-coba dipotong. Karena baglognya bisa busuk apabila akar jamur tertinggal di dalam baglog," pungkasnya.